Ada yang tahu makhluk apa si Sublime Text 2 ini? Yaps betul betul betul, kalau ada yang jawab ini adalah editor teks untuk developers kalian bener sekali. Sebenarnya masih banyak selain Sublime Text 2 editor teks itu seperti Notepad++, Komodo Edit, Aptana, Vim, Coda (untuk Mac), dan lain sebagainya. Namun kali ini saya akan bahas pengalaman menggunakan Sublime Text 2 64bit. Sekedar informasi Sublime Text 2 bisa juga dijalankan pada Linux maupun Mac, sebagai editor yang cukup renyah dapat membaca bahasa-bahasa pemograman yang biasa dipakai dan dapat pula untuk meng-compile beberapa bahasa tersebut.

Di sini saya memakai untuk developing website yang sekedar PHP, HTML, dan CSS. Sebelumnya saya sering memakai Notepad++ dalam hal bekerja namun merasa tidak puas karena bosen terus saya coba cari dan ternyata ada yang lain.

Penampakan Sublime Text 2

Dari segi tampilan lebih juara, modelnya seperti TextMate kalau di Mac, dari segi fitur juga tidak kalah hebat memang saya belum bisa meng-optimasi secara full si editor ini, namun ada beberapa hal yang sudah saya nikmati seperti:

  • Mini-map, jadi kita bisa lihat teks secara keseluruhannya
  • Command Palette (CTRL+SHIFT+P), bisa langsung mencari perintah yang kita perlukan untuk mempercepat pekerjaan.
  • Panel-panelnya editornya bisa dipindahkan
  • Kemampuan untuk multiple selection
  • Ada panduan indentasi
  • Bisa di-folding code-codenya
  • Ngeditnya bisa di split jadi beberapa kolom
  • Bisa pakai theme dari TextMate
  • Tanda (),{},"",dsb akan dicocokan dan ditutup otomatis
  • Banyak paket yang bagus bisa buat lebih mudah bekerja
  • Auto-complete, snippet, dan macro
  • Find & Replacenya gampang dan lebih teratur
  • Bisa fullscreen

Masih banyak yang belum keulik sih fiturnya apa aja, baru coba pakai kemarin malam sebelum tulisan ini saya posting. Nah untuk kostumisasinya biar sedikit yahut saya akan coba berbagi beberapa perubahan yang sudah saya terapkan seperti berikut.

Package Control

Ini adalah hal pertama yang harus kalian lakukan kalau sudah menginstal Sublime Text 2 yaitu menginstal Package Control yang dibuat oleh orang-orang baik hati untuk plugin-plugin di editor ini. Cara cukup mudah
  1. Download Package Control.sublime-package
  2. Buka C:\Users\NamaUser\AppData\Roaming\Sublime Text 2\Installed Packages
  3. Copy-kan file yang tadi sudah di download ke dalam Installed Packages
  4. Restart Sublime Text
Untuk cara penggunaanya nanti akan dijelaskan pada beberapa tip di bawah ini.

Ganti Icon Applikasi

Kalau lihat sih memang kenapa harus diubah kan ngga ngaruh juga kalau kita mau ngoding. Tapi yang namanya tampilan tuh buat saya segalanya, jadi biar lebih ciamik ada cara yang bagus untuk ganti icon seperti ini

Silakan download dulu bahan Ganti Icon-nya lalu ikuti langkah berikut:
  1. Download ResEdit
  2. Masuk ke C:\Program Files\Sublime Text 2\ cari yang namanya file sublime_text.exe lalu copy-kan ke desktop (note: kalau di edit langsung tidak bisa karena ada permission windows jadi harus dipindahkan dulu ke desktop)
  3. Jalankan ResEdit, pilih File    Open Project pilih sublime_text.exe yang tadi ada di desktop
  4. Masih di ResEdit lihat di panel Resources sebelah kiri, klik kanan folder Icon dan pilih Add Resource    Icon
  5. Pilih folder yang tadi sudah di download dari  Ganti Icon cari sublime_text.ico lalu pilih
  6. Klik kanan di tulisan 103 [English (Australia)], pilih Remove from Project
  7. Save
  8. Copy-kan kembali sublime_text.exe dari desktop ke tempat asalnya (tips: biar aman sebelumnya ganti nama yang original sublime_text.exe menjadi sublime_text.bak)

Ganti Tema dan Skema Warna

Pada tahapan ini saya sering melakukan kesalahan sampai harus bolak balik install uninstall jadi perhatikan tips ini baik-baik :). Di sini saya memakai Soda Theme oleh Ian Hill. Awalnya saya melakukan dengan cara primitif yaitu mendownload dulu ke githubnya lalu mengedit preferences-nya. Sekarang ternyata ada cara yang mudah, karena sudah menginstal Package Control tadi kita tinggal menekan CTRL+SHIFT+P   "install"    "soda" nanti akan muncul "Theme - Soda" tekan enter untuk menginstal paket.



Untuk mengaktifkannya dalam menu Sublime Text 2 pilih Preferences    Setting - User lalu ganti dalamannya menjadi

{
"theme": "Soda Light.sublime-theme"
}

Jika ingin menambahkan dengan skema warna sebelumnya pastikan memakai koma di akhir baris contoh.

{
 "color_scheme": "Packages/Color Scheme - Default/Monokai Soda.tmTheme",
 "ignored_packages":
 [
  "Vintage"
 ],
 "theme": "Soda Dark.sublime-theme"
}

Restart dulu editornya, untuk skema warnanya ada Monokai Soda dan Espresso Soda silakan di download juga. Cara installnya Preferences    Browse Packages   Color Scheme - Default setelah terbuka explorernya, ekstrak dulu file yang sudah kita download tadi lalu copy-kan di folder Color Scheme. Pilih Prefereces    Color Scheme    Pilih Skema yang sudah kita instal tadi.

Install Prefixr

Prefixr digunakan untuk CSS3 atribut untuk berbagai browser agar ketika di generate satu atribut maka secara otomatis atribut lain dibuatkan contohnya sebagai berikut

//Sebelum
.box {
   border-radius: 10px;
   box-shadow: 0 0 5px rgba(0,0,0,.4);
}

//Sesudah
.box {
   -webkit-border-radius: 10px;
   -moz-border-radius: 10px;
   border-radius: 10px;
 
   -webkit-box-shadow: 0 0 5px rgba(0,0,0,.4);
   -moz-box-shadow: 0 0 5px rgba(0,0,0,.4);
   box-shadow: 0 0 5px rgba(0,0,0,.4);
}

Untuk menginstallnya: CTRL+SHIFT+P → “install” → ENTER → “prefix” → ENTER


Autoformat Tag

Ngga enak kan kalau lihat kode kita acak-acakan, jadi dengan paket autoformat ini kita bisa merapikan kode-kode yang kita buat menjadi rapi dan jelas terbaca walaupun kalau orang awan lihat sama aja sih sebenernya ga jelas juga :p.

Untuk menginstallnya: CTRL+SHIFT+P → “install” → ENTER → “tag” → ENTER

Alignment

Paket ini untuk tata letak teks juga agar semakin rapi contoh:

// Sebelum 
var mobil = 'mobil'; 
var motor = 'motor'; 
var beca = 'beca';
 
// Sesudah
var mobil    = 'mobil';
var motor    = 'motor';
var beca     = 'beca';

Untuk menginstallnya: CTRL+SHIFT+P → “install” → ENTER → “align” → ENTER


Split Layar

Jika kita tida mempunya layar yang cukup lebar cara ini bisa menjadi alternatif bila kita sedang coding sambil melihat referensi, tidak perlu lagi install paket karena ini sudah bawaan dari Sublime Text 2 untuk mengaktifkannya
  • 1 kolom : SHIFT+ALT+1
  • 2 kolom : SHIFT+ALT+2
  • 3 kolom : SHIFT+ALT+3
  • dst.

Mungkin sebatas itu dulu yang bisa saya bagi sama teman-teman semua, apabila ada pertanyaan atau mau sharing juga boleh tinggal komen aja di sini Insya Allah nanti saya balas, sedikit bonus ada keyboard cheat sheet biar semakin gaul lagi pakai Sublime Text 2 nya, bisa kalian download di sini.


Kalau kemarin sudah baca artikel Dia bilang: #JKTkeras48 nah ini lanjutan kisahnya. Waktu itu hari terakhir saya dan Yusuf nginep di kosannya si Gilang. Tidak ada rencana sama sekali hari Sabtu mau ngapain di Jakarta, kalau ke mall sih itu terlalu mainstream buat kami. Akhirnya saya memutuskan pergi ke Kota Tua lalu melanjutkan ke Pasar Baru niatnya mau cari-cari kamera analog tapi hanya wacana tidak sempat juga hunting kameranya hehe. Memang belum pernah juga sih ke Kota Tua jadi semua setuju buat kesana.

Sambil menunggu giliran ke kamar mandi kami makan gorengan dulu, tempe sama pisangnya enak banget gatau emang lagi lapar gatau emang enak aja tuh gorengan. Air se-liter yang dibeli semalam pun sudah mau habis tapi masih cukup sebagai pelega dahaga buat kami bertiga. Setelah semua selesai mandi, kami memulai perjalanan pagi itu sekitar pukul 8, berjalan menuju halte terdekat daerah Karet Teng Sin. Dari atas jembatan terlihat penumpang yang tak sabar menunggu diantar ke tempat tujuannya masing-masing.

Menunggu Jemputan
Kami pun bergegas takut tidak kebagian tempat, setelah sampai loket memang langsung ramai sekali dan syukurlah bisnya tidak membuat kami terlalu lama untuk menunggu. Senang rasanya langsung kebagian tempat duduk asoy, Yusuf sama Gilang sih harus berdiri dulu nunggu giliran buat duduk. Kami duduk sambil melihat jalan, Halte Kota memang halte ujung terakhir pemberhentian dari busway jadi bisa tenang kalau mau tidur juga. Karena jalanan lumayan lancar, kami tiba jam 9 kurang terlihat dari jam Kota yang berdiri sedikit usang di samping pintu masuk.
Jam Kota
Di sekitaran pintu masuk banyak pedagang yang menjajakan dagangannya, sambil berjalan terlihat kakek tua yang tidak tahu mau kemana hanya duduk dan melamun.
Pedagang Halte Kota

Kakek Bingung
Sambil berjalan menyusur, terdengar alunan biola dari musisi jalanan sekitaran lorong yang menguhubungkan halte dan Kota Tua. Saya sempat merekamnya bermain, cukup takjub memang ada yang seperti ini, soalnya emang jarang juga. Belum masuk halaman balai kota sudah terlihat kakek yang lain yang tertidur pulas dan sangat nikmat.
Tertidur Pulas
Sangat ramai juga melihat kendaran di jalan yang tidak mau mengalah satu sama lain. Susah juga buat menyebrang, tapi kami pria jantan tak takut badai menghadang semua kan diterjang. Akhirnya sampai juga kami di balai kota dan disambut kemeriahan pagelaran seni dan budaya.
Pagelaran Seni Budaya
Wiiih! beruntung sekali kami, datang langsung liat tontonan. Tapi masih belum puas perjalanan kami di sini kalo cuma nonton pagelaran saja. Hmm kemana lagi ya?

Mau tau cerita selanjutnya nantikan postingan berikutnya :) by #arg.


Memang menulis itu sulit, dalam menulis artikel blog aja semangat harus mengebu-gebu baru bisa nulis apalagi menulis buku fiuuh. Tapi kali ini berbeda, Senin ini saya mendapat pelatihan dalam menulis buku oleh Pak Bambang Trim dari TrimKom di Comlabs USDI ITB. Dari pelatihan ini dapat banyak pengetahuan baru yang bisa dibilang step-by-step menulis buku.
Foto bersama Pak Bambang Trim dan peserta pelatihan
Mungkin ada sedikit pertanyaan mengapa harus menulis?. Pak Trim menjawab dalam presentasinya katanya membaca adalah untuk meluaskan kefasihan dan menulis adalah untuk menaikkan derajat kefasihan. Lalu cara-cara yang ditunjukannya pun cukup menarik seperti mencoba merangkai dari beberapa kata dan harus menjadi sebuah paragraf yang bermakna, saya pun ikut mengarang kata-kata yang diberikan menjadi potongan cerita seperti berikut.
Terlintas dipikiranku Indonesia. Negeri yang menurutku kaya dan paling indah di jagat semesta ini. Namun belum sampai waktu berkeliling dan menikmati betapa aduhainya Indonesia. Waktuku banyak terpakai untuk mencari titian ilmu di bangku sekolah. Sekedar cerita dari perjalanan orang belum terbukti ampuh mengobati rasa ingin tahuku. Ingin segera keluar dan menikmati kebebasan. Zaman berganti zaman namun cita-cita pun belum tercapai. Rasa yang membingukan dengan dilema memilih perubahan hidup. Tapi Aku pun tersadar semua mozaik pikiranku akan terpadu dan berkelindan mencapai tujuan, selama suluh harapan masih terbakar dalam pikiranku menyapa Indonesia.
Sepotong karangan tadi rupanya sebagai bahan latihan agar kita dapat menggali pembendaharaan kosakata yang kita punya. Efektif memang, jadi kita bisa lebih terarah dalam menulis. Pak Trim juga memberikan tips lain dalam menulis buku. Pertama menulis buku itu adalah sebuah proses yang dikuatkan terus-menerus jadi kalau kita tidak memulainya dari satu lembar yasudah tidak akan jadi itu buku. Lalu kita memang harus memiliki rasa suka, hasrat, dan tentunya ambisi untuk menerbitkan buku kita. Terakhir menulis adalah keterampilan hidup, bukan bakat sehingga siapapun dapat dilatih menulis.

Memang saya pribadi juga masih sulit dalam menulis. Saya lebih senang bercerita secara lisan tapi tidak bisa dituliskan dalam catatan. Mungkin kalimat berikut bisa menjadi teman-teman pembaca untuk memulai menulis sekarang.
"Yang tertulis akan abadi yang diucapkan lenyap bersama angin.." (verva volant, scripta manent - Caius Titus)

Mau tau cerita selanjutnya nantikan postingan berikutnya :) by #arg.


Hore akhirnya saya menulis blog lagi setelah sekian lama tidak terangsang menulis akhirnya punya bahan buat diolah. Mungkin bingung dengan judul posting di atas kenapa sih gitu?. Jadi ceritanya tuh gini waktu itu saya bersama Muhammad Yusuf melakukan ekspedisi menemukan sang punk rock jalanan Gilang Abdul Aziz di kota Jakarta. Jadi si Gilang ini ngekost gitu soalnya lagi ada kerjaan. Nah pas mau kesana dia antusias banget buat jemput kami. Lalu dia langsung bilang jangan kaget kalau #JKTkeras48. Lah apa maksudnya sih dengan tagline kaya gitu. Ya saya sih berpikir singkat mungkin dia fansclubnya JKT48 yang suka nyanyi "aywoncu aymiscu" hehe. Hidup memang keras di Jakarta sambil ada lagunya segala ni.


Sebelum ke tempat si Gilang ini saya bareng sama Yusuf menikmati kenikmatan duniawi terlebih dulu nonton dulu di IMAX, maklum kami selalu ga sempet kalau mau nyoba kesana. Kebetulan hari itu sedang sepi ya walaupun film yang ditonton udah pernah saya liat. Tapi namanya juga penasaran katanya yahud  nonton di sini dan memang ini baru pertama kali. Uang tidak menipu, ternyata memang enak nonton di IMAX suaranya melegender walaupun kata si Yusuf efek 3Dnya masih kurang oke, ya kalau saya nikmatin aja sih hehe.

Belum tahu arah tujuan, kita coba jalan dulu sebari melihat halte busway terdekat, pepatah "malu bertanya sesat dijalan" memang kudu di praktekan kalau sudah gini, akhirnya saya pun bertanya kepada seorang bapak yang baik hati di jalan. Setelah berjalan kurang lebih 15 menitan akhirnya ketemu juga tuh halte. Namun perjuangan belum berakhir, kami harus menunggu sekitar sejam lebih untuk mendapatkan busway yang sedikit muat bagi kami. Akhirnya penantian pun berbuah hasil padahal 3 menit sebelumnya semangat kami sudah kendur mau naik taksi saja bila 20 menit masih belum ada tapi kami juga mikir pasti ongkosnya lebih mahal buat kantong kami  mending buat pulang ke Bandung saja hehe.

Sesampainya kami di halte busway tujuan kami mulai bingung harus kemana lagi untungnya si punk rock jalanan sudah siap menjemput kami di seberang jalan dengan gayanya kasualnya. Sambil berjalan turun saya melihat sekitar koridor jembatan para pedagang yang sedang merapihkan jualan bersiap untuk pulang ada juga nenek yang sedang mengais sedikit rezeki dari setiap orang yang lewat. Mungkin miris juga sih lihat masih ada saudara kita yang kurang mampu di antara kemawahan yang terlihat oleh mata di Ibu Kota ini.
Beres-beres dagangan

Sedikit belas kasih
Bertemu dengan Gilang
Akhirnya kami pun bertemu dan meluapkan cape dan lelah dengan bercanda dan mengobrol sepanjang jalan. Si Gilang pun langsung tidak sabar menjunjukan apartement-nya kepada kami. Sambil ketawa tawa kami pun ikut di belakang. Lalu sampai di depan satu lobang batako pada bedeng tinggi memisahkan kawasan tersebut dengan jalan utama. Ces pas saya masuk ternyata itu perkampungan penduduk yang diapit gedung-gedung pencakar langit. Aneh bagi saya sendiri yang sering juga melewati Jakarta namun baru kali ini menemukan perkampungan di sekitaran kawasan metropolis. Kagum juga heran sih, teman saya ini bisa bertahan hidup di sini mungkin itu kali ya dia bilang #JKTkeras48, soalnya memang harus bisa bertahan dengan kondisi seperti itu. Dilihat memang jalanannya bersih kampung tersebut, cuma selokannya sudah menghitam dan berbau tidak sedap.
Lubang Bedeng
Kosan Anak Muda
Antara Gedung dan Jemuran Tetangga
Dari Gang Lihat Gedung
Huwooo akhirnya sampai kamarnya, memang kalau dilihat lebih besar dari Yellow Apartment di Bandung tempat kosan sebelumnya, tapi kondisi disini gerah walaupun sudah terpasang satu kipas kecil di langit-langit. Kamar-kamarnya disekat oleh triplek jadi klo kita ribut ga enak sama tetangga pasti kedengeran berisiknya. Jadi disini harus belajar menahan emosi dan menjaga silaturahmi kalau ga mau kena macem-macem.
Tapi tetap sih sekeras-kerasnya hidup seperti ini kami bisa menikmati istirahat dengan nyaman bertiga dalam satu kasur dengan keringat yang bersatu hehehe.

Mau tau cerita selanjutnya nantikan postingan berikutnya :) by #arg.